Emas bertahan di bawah US$ 1.600 dalam sepekan

Monday, June 25, 2012

Harga emas terus merosot. Para analis menduga dalam sepekan harga emas akan terus turun dan sulit menanjak. Data ekonomi Amerika Serikat dan negara di Eropa yang masih belum membaik menjadi penyebab.

Kontrak emas di Nymex pengiriman Agustus Jumat (22/6) turun 3,76% ke US$ 1.566,9 per troi ons dalam sepekan. Tak ayal, harga emas batangan logam mulia Aneka Tambang (Antam) dalam periode yang sama juga turun 1,6% ke Rp 537.000 per gram.



Kebijakan The Fed ditambah dengan rilis data ekonomi yang tidak menggembirakan pasar mengancam harga emas. Beberapa data tersebut diantaranya, data manufaktur di Philadelphia AS yang menyusut menjadi -16,6 dari level sebelumnya -5,8. Begitu pula data penjualan rumah AS selama Mei turun jadi 4,55 juta, dari sebelumnya 4,62 juta.

Data ekonomi Eropa juga tidak baik. Seperti, data manufaktur Uni Eropa Juni terperosok selama lima bulan. Sementara itu, Moody\'s Investor Service memangkas rating 15 bank papan atas dunia. Ini menambah kekhawatiran kondisi fiskal Eropa.
Peluang Bisnis Tiket Pesawat

Melemah sepekan

Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures, menuturkan pekan lalu memang pekan yang buruk bagi pergerakan harga emas. Sebelumnya, pasar sempat berharap krisis utang Eropa mereda dan AS melanjutkan stimulus. Segala harapan itu pupus setelah hasil pertemuan G-20 tidak menghasilkan solusi yang bisa meredam gejolak krisis lebih lanjut.

Sampai saat ini, belum ada sentimen yang bisa mengangkat emas kembali ke level US$ 1.600 selama sepekan. “Menjelang pertemuan Uni Eropa pada Kamis mungkin emas bisa terangkat mendekati level itu, tapi itu cuma euforia dan sulit bertahan,” ramal Zulfirman.

Secara teknikal, harga emas masih konsolidasi cenderung melemah. Zulfirman memperkirakan harga emas berkisar US$ 1.520 – US$ 1.540. Asal emas tidak menemui level US$ 1.520 selama sepekan ini tekanan turun masih bisa dibatasi.      

Harga emas yang rendah sebetulnya memungkinkan aksi budget hunting para konsumen emas terbesar di dunia. Namun, Zulfirman mengatakan, kondisi ekonomi China dan India sebagai pengimpor emas terbesar sedang melambat. Otomatis, permintaan terhadap emas juga berkurang. Investor tak bisa mengharapkan kenaikan karena kedua negara itu tidak akan memborong emas dalam jumlah besar.

Ibrahim, analis Harvest International, pun berpendapat bahwa harga emas berpotensi menurun dalam sepekan ke depan. Sentimen dari kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang masih belum membaik membuat potensi kenaikan harga emas semakin tipis.

Sedangkan secara teknikal juga menunjukkan tren pelemahan. Hal itu ditunjukkan dari indikator bollinger band 20 berada di bawah bollinger tengah mengonfirmasi tren bearish emas. Moving Average juga 80% mendekati bollinger bawah. Stochastic melemah. Hanya ada dua indikator yang menunjukkan sinyal positif yaitu Moving Average Convergence Divergence dan Relative Streght Index. Karena itu, Ibrahim prediksi harga emas akan bergerak di US$ 1.550,23 – US$ 1.585,70 dalam sepekan.

Kedua analis sepakat harga emas baru akan kembali ke US$ 1.600 dalam sebulan atau ketika bulan puasa tiba. Sebab biasanya, permintaan emas dari bisa meningkat.

Sumber : kontan.co.id

0 comments:

Post a Comment