Sejumlah Bank Central berebut emas (sebuah pilihan cerdas)

Thursday, April 29, 2010

Emas memunculkan kilaunya di sepanjang 2009 dan menutup akhir tahun lalu pada posisi terbaiknya sejak 3 dekade terakhir. Pelemahan dolar yang terjadi sepanjang 2009 membuat investor berbondong-bondong mencari tempat perlindungan investasi yang paling aman.

Pada perdagangan non formal di pasar spot 31 Desember 2009 lalu, harga emas berada di level US$ 1.096,20 per ounce atau berarti naik hingga US$ 218 sepanjang 2009. Rekor kenaikan harga sepanjang 2009 itu hanya terkalahkan oleh kenaikan harga emas di tahun 1979 yang mencapai US$ 286.

Seperti dikutip dari Reuters, Senin (4/1/2010), secara persentase, harga emas sepanjang tahun 2009 melonjak hingga 24,8%. Angka itu lebih rendah dari kenaikan harga di tahun 2007 yang mencapai 31%.

Harga emas tertinggi sepanjang 2009 tercapai pada 1 Desember 2009 ketika harga menembus US$ 1.200 per ounce. Harga emas sempat menembus US$ 1.220 per ounce pada 3 Desember akibat berbagai kombinasi sentimen seperti suku bunga, depresiasi dolar dan inflasi.

Investor terus memburu emas ketika dolar AS terus terkulai di tengah krisis yang menyebabkan perekonomian dunia diliputi ketidakpastian. Investor juga mencari tempat lindung investasi yang paling aman dari inflasi yang dikhawatirkan akan meningkat akibat membanjirnya program stimulus ekonomi yang bernilai triliunan dolar AS.

Harga emas juga terdorong oleh aksi penjualan emas yang dilakukan IMF. Sejumlah bank sentral dari berbagai belahan dunia 'menampung' hasil penjualan emas IMF, yang diartikan analis sebagai meningkatnya permintaan, sementara produksi dari tambang-tambang emas dunia kecenderungannya stagnan bahkan berkurang.

IMF tercatat menjual 10 ton emasnya kepada Sri Lanka senilai US$ 375 juta. IMF menjual 200 ton emas kepada Bank Sentral India senilai US$ 6,7 miliar pada 19 Oktober dan 2 ton emasnya kepada Bank Sentral Mauritius senilai US$ 71,7 juta pada 11 November 2009. Total emas yang telah dijual IMF dalam rangka mencari sumber pendanaan krisis telah mencapai 212 ton.

sumber : www.detik.com


0 comments:

Post a Comment